Minggu, 22 Februari 2009

SPIRITUALISME: TREND BARU DUNIA BISNIS MODERN


Judul Buku : The Corporate Mystic, Sukses Berbisnis Dengan HatiPenulis : Gay Hendricks dan Kate Ludeman
Pengantar : Haidar Baqir
Penerbit : Kaifa, Bandung
Cetakan : I, Desember 2002
Tebal : xxxii-244 halaman
(dimuat di JAWA POS, 2 Maret 2003)
Dunia bisnis saat ini sedang diserbu dan dikuasai oleh para sufi atau mistikus. Para pengusaha besar, eksekutif dan manajer perusahaan yang sukses ternyata adalah para mistikus. Maka pada abad ke-21 para pengusaha besar yang sukses ini akan menjadi pemimpin spiritual. Inilah kesimpulan akhir dari hasil pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendricks dan Kate Ludeman selama 25 tahun terakhir termasuk wawancara intensif terhadap para pengusaha sukses di Amerika selama lebih dari seribu jam.
Temuan menarik tersebut bermula dari pengamatan kedua penulis ini terhadap karakteristik serta pola dan gaya hidup para pengusaha di Amerika yang menunjukkan gejala dan kecenderungan lain. Mereka memiliki kejujuran sejati yang tidak mengenal ruang dan waktu, kerendahhatian, keadilan (fairness), integritas, optimisme, disiplin, kasih sayang kepada karyawan dan lingkungan, keseimbangan dan keterbukaan terhadap semua perubahan yang terjadi. Semua karakteristik ini sebenarnya merupakan dasar-dasar spiritualitas universal dan perenial. Dan selama ini kita masih menemukannya pada sosok mistikus atau sufi yang banyak menghabiskan waktu di wihara, kuil, gereja atau mesjid. Maka tanpa ragu-ragu Hendricks dan Ludeman mengalungkan ‘gelar’ kehormatan sebagai “mistikus korporat” kepada mereka
Para mistikus korporat ini, kata Hendricks dan Ludeman, telah berhasil memperagakan sejenis spiritualitas yang hidup dalam kegiatan sehari-hari dan bukan sekedar berwujud kata-kata. Spiritualitas mereka adalah pengalaman bukan tentang ajaran agama yang selalu terkait dengan spiritualitas yang terorganisasi. Mereka lebih tertarik kepada nilai, esensi dan manfaat spiritualitas, bukan kepada kepercayaan akan spiritualitas itu sendiri. Mereka tidak terperangkap dalam teologi dan kepercayaan spiritualisme yang justeru berpotensi memecah-belah dan memporak-porandakan komunikasi interpersonal. Lebih jauh mereka menyadari sepenuhnya bahwa sebuah perusahaan adalah merupakan penjelmaan sekumpulan jiwa, yakni jumlah keseluruhan jiwa orang-orang yang bekerja di perusahaan itu.
Dengan demikian, perusahaan yang ditangani dan dijalankan oleh para mistikus korporat ini menganut manajemen bisnis yang egeliter (bukan otoriter) dan menghargai kesetaraan. Egalitarianisme ini bisa dilihat, misalnya, dari tipisnya kesenjangan remunerasi yang diberikan antara karyawan yang paling tinggi dan yang paling rendah.
Selain itu, para mistikus korporat ini sangat menjunjung etika bisnis yang selama ini telah diabaikan dan bahkan diinjak-injak oleh para pengusaha. Padahal, bisnis apapun yang dijalankan di atas rel yang tidak menghargai norma dan etika pada akhirnya akan menghancurkan bisnis itu sendiri. Contoh sederhana, kita bisa melihat kasus resesi ekonomi AS pada awal 1990-an yang terjadi akibat skandal perusahaan-perusahaan Saving and Loans yang menjajakan junk-bonds. Inilah mungkin yang kemudian mengilhami Kenneth Blanchard dan Norman Vincent Peale untuk sampai pada sebuah keyakinan yang mantap bahwa suatu aturan moralitas yang kuat dalam bisnis apapun adalah suatu langkah awal menuju kesuksesan bisnis itu sendiri. Para manajer etis adalah manajer-manajer yang berjaya.
Dari buku yang ditulis oleh konsultan perusahaan besar se-dunia ini kita bisa menemukan sesuatu yang betul-betul baru dan mengejutkan : “spiritualisasi” manajemen bisnis; Sebuah trend baru yang melanda dunia bisnis internasional dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terjadi bukan semata-mata karena Barat akhir-akhir ini sedang dilanda krisis kemanusiaan yang berupa krisis eksistensi, krisis spiritual ataupun kehampaan makna hidup, keterasingan dan kegelisahan. Tetapi lebih jauh lagi karena spiritualitas adalah roh (spirit) yang bisa menggerakkan bisnis menuju muara kesuksesan besar. Tidak hanya secara finansial, tetapi juga secara moral dan spiritual.
Buku ini menjadi semakin menarik karena kedua penulisnya menyajikan langkah-langkah kongkrit untuk meningkatkan integritas, visi, intuisi, komitmen dan komunikasi yang merupakan modal dasar mencapai kesuksesan dalam berbisnis. Tidak ada salahnya kita menjadi pengusaha besar, eksekutif atau manajer sebuah perusahaan bisnis yang sukses, tetapi pada saat yang sama kita tetap bisa meraih hidup sejahtera secara moral dan spiritual. Untuk itu, kita perlu berguru kepada buku ini. Setidaknya sebagai bahan renungan awal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar