Minggu, 22 Februari 2009

Merancang Kecerdasan Generasi Masa Depan


Judul Buku : Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan Al-Qur’an
Penulis : Taufiq Pasaik
Penerbit : Mizan, Bandung
Cetakan : I, November 2002
Tebal : 368 halaman (termasuk indeks)

Bagaian tubuh manusia yang paling sulit dipelajari adalah otak. Walaupun ia memiliki bobot kurang lebih dua persen dari seluruh tubuh manusia, tetapi ia mampu merekam dan mengakses bermiliar-miliar data dan informasi. Ia lebih luas daripada angkasa dan lebih dalam daripada samudera, kata Emily Dickinson. Sudah beratus-ratus tahun kajian dan riset ilmiah tentang otak dilakukan, namun selalu saja ada temuan-temuan baru yang dihasilkan oleh para penelitinya.
Buku yang ditulis oleh Taufik Pasiak (seorang dokter tetapi banyak tahu tentang agama) merupakan buku serius yang berhasil mengungkap dan menguak tirai misteri sturktur dan fungsi otak yang amat kompleks dan misterius itu, dengan begitu gamblang dan gemilang. Buku ini juga berhasil memetakan kecerdasan manusia yang berpusat di otak, baik itu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) ataupun kecerdasan lain seperti kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis dan lain-lain.
Menurut Taufik Pasiak, semua kecerdasan manusia ini berpusat di otak, bukan di dada atau di hati sebagaimana banyak disebut oleh para peneliti kecerdasan manusia sebelumnya. Maka dengan begitu meyakinkan, Taufik Pasiak menyerukan perlunya interpretasi ulang terhadap kata “Qalb” (yang disebut-sebut sebagai pusat kecerdasan spiritual atau sebagai “raja” yang bisa menggerakkan seluruh anggota tubuh yang lain) dengan arti “otak spiritual”, bukan dengan “hati” sebagaimana dikenal selama ini. Apalagi “hati” dalam arti anatomis-biologis.
Taufik Pasiak, melalui buku ini, juga mengingatkan kita semua, bahwa selama ini, perhatian kita lebih terkonsentrasi pada satu jenis kecerdasan saja, yaitu IQ atau “kecerdasan rapor” (dalam istilah Pasiak) yang identik dengan otak kiri. Padahal konsekuensi dari pendewaan otak kiri itu , kata Taufik Pasiak, amat tragis: kearifan dari diri manusia menjadi memudar atau bahkan hilang sama sekali. Kecerdasan intelektual (semata) justeru telah menyeret manusia menjadi buas dan arogan, hingga tidak perduli lagi dengan nilai-nilai kemanusiaan. Terbukti banyak sekali para pelaku kejahatan profesional tingkat tinggi (seperti pembunuhan masal, korupsi dan lain-lain) yang memiliki IQ yang tinggi.
Di sini Taufik Pasiak mengangkat contoh Theodore John Kaczynski, si genius yang telah mejadi pembunuh banyak orang dengan bom yang dirancang dan diciptakan sendiri. Inilah kata Pasiak, orang cerdas yang jahat. IQ-nya tinggi, tetapi EQ dan SQ –nya sangat rendah. Maka dengan begitu lantang, Pasiak menyerukan perlunya optimalisasi fungsi kecerdasan otak secara menyeluruh. Paradigma otak kiri harus dirubah. Karena IQ saja tidak cukup. Potensi EQ dan SQ yang dimiliki oleh setiap manusia harus mendapat perhatian yang serius untuk diasah dan dikembangkan
Hal ini sangat penting, sebab seperti kata Taufik Pasiak, otak orang Indonesia saat ini masih menjadi raksasa tidur yang belum disentuh dan dikelola. Padahal otak manusia berperan penting dalam kecerdasan dan kesuksesan. Otak manusia ini menyediakan komponen anatomisnya untuk aspek IQ, EQ dan SQ. Ini berarti, kata Taufik Pasiak, bahwa secara kodrati, manusia telah disiapkan sedemikian rupa untuk merespons segala sesuatu dalam kehidupan ini dengan tiga kecerdasan tersebut.
Walaupun Taufik Pasiak tidak menyajikan kiat-kiat khusus mengembangkan dan melejitkan potensi IQ, EQ dan SQ secara seimbang, namun dengan ulasannya yang memukau, yang diperkaya dengan kajian metafisik serta dengan menggunakan pendekatan neurosains dan agama, ia telah berhasil menggugah kesadaran kita untuk bisa memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan IQ, EQ dan SQ. Sehingga tiga fungsi utama otak : rasional, emosional-intuitif dan spiritual bisa berkembang secara maksimal dan optimal. Dengan begitu, di masa yang akan datang, kita bisa mengharapkan munculnya generasi yang cerdas, humanis dan spiritualis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar