Kamis, 26 Februari 2009

Permainan, Upaya mencerdaskan Moral Anak


Judul Buku : Mengasah Kecerdasan Moral Anak Melalui Permainan Sepuluh Menit
Penulis : Janie C. Miller
Penerbit : Kaifa, Bandung
Cetakan : I, Matet 2003
Tebal : 234 halaman
(dimuat di Media Indonesia, 8 Juni 2003)


Dunia anak-anak tidak bisa dilepaskan dari dunia permainanan. Tidak ada anak yang bisa hidup tanpa permainan (game). Sementara di sisi lain, jenis permainan yang banyak beredar di kalangan masyarakat (khususnya anak-anak) jarang sekali (untuk mengatakan tidak ada) yang membantu perkembangan mental, intelektual dan bahkan moral dan spiritual mereka. Permainan-permainan itu betul-betul sekedar permainan an sich, yang dirancang demi menarik perhatian anak-anak, tanpa pernah mempertimbangkan dampak-dampak psikologis dan moral-sosial yang ditimbulkan oleh permainan tersebut.
Sangat menyedihkan sekali, jika dunia mereka yang indah dan suci itu harus direnggut, didera atau bahkan dikotori oleh produk-produk teknologi mutakhir yang lebih berorientasi pada kepentingan pasar (bisnis atau keuntungan finansial) belaka. Sementara itu, masih banyak orang tua (sebagai guru utama anak-anak) yang belum menyadari keadaan tersebut secara baik dan bijaksana sehingga membiarkan anak-anak menimba pengetahuan dari apa saja yang mereka dengar, lihat dan rasakan dari lingkungan mereka : apa saja, termasuk hal-hal yang bisa meracuni kehidupan mereka. Padahal anak-anak adalah bagian terpenting dari masa depan kehidupan manusia. Mereka, seperti kata Dr. Hamdan Rajih, adalah ab wa um al-mustaqbal (bapak dan ibu masa depan).
Berangkat dari keprihatinan di atas serta di dorong oleh rasa ingin turut serta dalam menyelamatkan dunia anak-anak dan masa depan secara umum, Miller –seorang pakar dunia anak terkemuka di Amerika, sekaligus ibu dari lima orang anak-- mencoba menggugah kembali kesadaran orang tua untuk bisa “mencuri waktu” 10 hingga 15 menit -- di tengah-tengah kesibukan mengurus rumah tangga, bekerja di kantor dan lain-lain—untuk bermain bersama anak-anak. Miller dengan penuh semangat dan dedikasi yang tinggi berjuang keras untuk bisa menyuguhkan ‘makanan’ kesukaan semua anak, yaitu “permainan” yang penuh makna bagi perkembangan moral mereka yang sedang terancam ‘hangus’. Semua permainan yang ditawarkan Miller dalam buku ini sangat praktis dan tidak memakan waktu yang lama (hanya berkisar antara 10 hingga 15 menit). Bahan-bahan permainannya pun sangat mudah didapatkan di sekitar kita, seperti spidol, kertas, papan tulis, jeruk, apel, telur, lilin, tusuk gigi hingga permen dan sebutir kelereng.
Ada 51 jenis permainan kreatif yang ditawarkan Miller di dalam buku ini. Semua permainan itu sengaja dirancang untuk membantu orang tua mengajarkan berbagai hal, tentang kehidupan dan nilai-nilai, secara baik dan bijaksana, tetapi tidak membosankan anak-anak. Dengan permainan yang ditawarkan Miller ini, anak-anak memasuki sebuah “proses pembelajaran” penting dalam kehidupan mereka, tanpa mereka sadari, serta dengan suasana hati yang riang gembira. Dengan permainan ini, mereka bisa belajar tentang cinta dan kebaikan, kejujuran dan integritas, kepercayaan dan keyakinan, penghormatan dan tata krama hingga menetukan cita-cita dan pandangan hidup.
Permainan-permainan tersebut bukanlah jenis “permainan permanen”, tetapi masih bisa terus dimodifikasi dan dikembangkan sesuai dengan keperluan dan tuntutan yang ada. Ia lebih merupakan inspirasi awal bagi orang tua (atau siapa saja yang mencintai pendidikan dan masa depan anak-anak) untuk terus dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan tempat mereka tinggal. Yang terpenting, kata Miller, orang tua harus terus berusaha memancing dan merangsang pengembangan potensi-potensi besar yang masih terpendam dalam diri anak-anak agar bisa tumbuh dan berkembang secara baik dan sempurna. Bahkan, lanjut Miller, orang tua mungkin harus menganggap anak-anaknya sebagai “guru” dalam beberapa aktivitas permainan tersebut (hal. 32).
Dengan demikian, antara orang tua dan anak akan terjadi komunikasi yang dialogis, harmunis dan penuh cinta. Dari sinilah, maka diharapkan, kata Miller, rumah kita bisa menjadi sekolah yang para lulusannya, suatu hari nanti, akan menjadi seorang anutan masyarakat
Akan tetapi, sebaik dan spraktis apapun permainan yang ditawarkan di dalam buku ini, penulis buku ini tetap menegaskan bahwa perbuatan mengasuh dan mendidik anak menjadi yang terbaik bagi masa depan adalah perbuatan yang memiliki hasil jangka panjang. Ia bukan merupakan proyek sekali jadi. Ia memerlukan proses yang tidak sebentar. Maka ketekunan dan kesabaran orang tua merupakan kata kunci dalam rangka memberikan yang terbaik bagi anak-anak.
Rasanya, tidak ada pangilan yang lebih luhur daripada panggilan untuk menjadi orang tua yang bisa membimbing anak-anak dengan penuh cinta dan kasih sayang, ke arah tujuan jiwanya yang bening dan suci itu.
Akhirnya, mengutip pernyataan Miller, “Semoga Anda akan membaringkan diri Anda di tempat tidur dengan bibir tersungging karena mengetahui hari ini Anda telah menghabiskan 10-15 menit penuh makna dengan anak anda”.


2 komentar:

BusinessMan mengatakan...

mendidik anak sangat perlu untuk hati-hati, jangan sampai salah dalam mendidik anak sehingga membuat anak menjadi orang yang pesimis, minder dan lain-lain.karena didikan ortu dapat membentuk kepribadian anak.

—————————————————-
Bagaimana cara mendidik anak agar sukses dan bahagia di anekapilihan.com

Anonim mengatakan...

Pak, saya mau tanya. Bagaimana saya bisa mebeli buku ini? Karena saya tertarik untuk memiliki dan membacanya. Dengan buku ini, dapat membantu saya mengetahui karakter anak.
terimakasih.

Posting Komentar