Rabu, 25 Februari 2009

Menuju Kecerdasan AnakYangSempurna

Judul buku : Melejitkan IQ, IE, dan IS
Penulis : Suharsono
Pengantar : Dr. Arief Rachman, M.Pd.
Penerbit : Inisiasi Press, Depok
Cetakan : I, Januari 2002
Tebal : 171 halaman
(dimaut di harian Kedaulatan Rakyat, 22 Desember 2002)

Adalah merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua jika memiliki anak-anak yang cerdas, karena anak adalah masa depan orang tua. Setiap anak yang lahir ke dunia ini membawa potensi-potensi inteleginsi dan kecerdasan, meskipun berbeda antara anak yang satu dengan yang lain. Potensi inilah yang membedakan manusia dari makhluk lain, sekaligus bahwa ia merupakan makhluk paedagogik.
Buku ini hadir dengan menyajikan tiga tema kecerdasan yang dimiliki oleh manusia sebagai potensi dasar yang harus dikembangkan; IQ (intellegence Qoutient), IE (Intelegensi Emosional), dan IS (Intelegensi Spiritual) . IQ berfungsi mengenal dan merespon alam semesta [lebih mengarah pada obyek-obyek di luar manusia (out-ward looking], IE berfungsi mengenal, memahami dan mengendalikan diri sendiri [lebih mengarah pada obyek ‘fenomenal’ di dalam diri manusia (inward looking] sementara IS merupakan kecerdasan yang bersumber dari fitrah manusia yang memancar dari kedalaman diri manusia. IS tidak dibentuk melalui diskursus-diskursus atau penumpukan materi faktual dan fenomenal, tetapi merupakan aktualisasi dari fitrah itu sendiri. Kecerdasan Spiritual ini (IS) akan mengalami aktualisasinya yang optimal jika hidup manusia berdasarkan visi dan misinya sebagi ‘abid dan khlifatullah. Dengan demikian orang yang memiliki IQ tinggi, belum tentu cerdas secara emosional. Jadi masih dibutuhkan IE. Sementara itu orang yang yang sudah memiliki IQ, dan IE masih belum tentu cerdas secara spiritual. Tetapi orang yang cerdas secara spiritual, dia akan memiliki IQ dan IE yang cerdas pula. Karena persyaratan untuk memiliki IS adalah harus memiliki IQ dan IE yang memadai. (h. 19-20)
Untuk mewujudkan anak yang memiliki kecerdasan sempurna (IQ, IE dan IS) kata Suharsono, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Masih diperlukan semangat, kepedulian, kerja keras, pengorbanan serta pemahaman yang komprehensif tentang dunia anak dengan segala keunikan dan kekhasannya, sehingga orang tua mampu memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Ada dua langkah penting untuk melejitkan IQ anak; pertama mengajak dan mengakrabkan anak dengan alam, terutama pada bagian-bagian yang belum tersentuh teknologi, seperti sungai, gunung, sawah dan sebagainya. Pada saat tersebut orang tua dituntut untuk mampu ‘mendialogkan’ alam semesta dengan anak, sehingga mereka termotivasi untuk berfikir secara serius. Kedua, mengajak anak untuk menyaksikan karya-karya teknologi yang akrab dengan lingkungan. Pada saat seperti itu, orang tua harus lihai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan menyita perhatian, imajinasi dan ketakjuban mereka.
Untuk melejitkan IE anak, hal penting yang perlu dilakukan orang tua adalah pertama, memberikan kesempatan pada anak untuk berorganisasi, bersosialisasi dengan orang lain (terutama teman-teman sebayanya) serta berdialog dengan mereka. Hal ini penting dalam mengembangkan dialek kedirian dan pematangan emosi anak. Yang kedua, kemampuan untuk mengekspresikan diri; mengartikulasikan ide, gagasan, atau pendapat dan mengkomunikasikan dengan orang lain. Selanjutnya menurut penlis buku ini, mengeksprikan diri, pada dasarnya berarti ‘mengalirkan’ air yang menggenang dari sebuah sumber mata air. Jika air mengalir dengan deras, maka dengan sendirinya air itu akan jernih. Sebaliknya, jika air tidak bisa mengalir, ia akan menjadi keruh dan bahkan pada akhirnya akan menutup mata air itu sendiri. Inilah jenis kecerdasan kedua yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan jenis kecerdasan yang pertama. Sebuah analogi yang diberikan oleh Suharsono untuk secara mudah memahami posisi dan peran kedua kecerdasan tersebut adalah, bahwa IQ ibaratnya seperti senjata tajam yang hanya akan efektif dan bermanfaat jika digunakan oleh orang yang tepat. Atau IQ adalah kuda liar, sedangkan IE adalah penunggang kuda tersebut yang memiliki peran signifikan dalam mencapai tujuan. (h. 110-111)
Sedangkan untuk meningkatan IS, orang tua dituntut untuk (1) mampu membentuk perspektif serta semangat intelektual anak yang jauh dari pretensi egoisme. (2) menumbuhkan rasa cinta kemanusiaan secara universal sehingga bisa melahirkan tanggung jawab kemanusiaan yang tinggi. (3) menginterpretasikan lingkungan sosial dan alam secara ilmiah, dan yang terakhir melatih anak menjalani hidup secara spiritual sehingga bisa mendorong proses pendakian transendental, menuju ‘kedekatan’ ilahi, tempat wahyu dan inspirasi bersumber.
Di sini peran pendidikan, baik (terutama) oleh orang tua atau para guru menjadi sangat signifikan untuk mampu membantu mengelola, mengembangkan, mengarahkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi kecerdasan itu menjadi lebih baik dan sempurna, sehingga kelak bisa bermanfaat, tidak hanya bagi anak itu, tetapi juga untuk orang lain. Dengan pendidikan yang baik, berarti orang tua telah membuka pintu gerbang bagi anak-anaknya untuk menjadi cerdas, baik secara intelektual, emosional ataupun spiritual.
Untuk memenuhi kebutuhan di atas, Suharsono mencoba menuangkan pemikirannya yang mendalam dan kritis tetang kiat-kiat sukses mewujudkan kecerdasan yang sempurna bagi anak-anak. Buku ini bisa dikatakan memiliki langkah yang lebih maju dibandingkan buku-buku sebelumnya yang masih sebatas fenomenal, karena Suharsono menyandarkan elaborasinya pada nilai-nilai spiritual dalam Islam. Sebab memang diharapkan, orang yang beragama akan memiliki kecerdasan spiritual yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak beragama. Tidak berlebihan kalau kemudian, Dr. Arief Rachman mengatakan dalam pengantarnya, bahwa buku ini mampu menyajikan “menu yang enak dan menyenangkan” bagi pembaca, khususnya orang tua dalam rangka melejitkan IQ, IE dan IS anak.
Rasanya tidak ada panggilan yang lebih mulia dan lebih luhur daripada panggilan menjadi orang tua yang membimbing anak mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang ke arah tujuan jiwanya yang luhur dan suci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar