bunyi itu masih meraung-raung di gendang hatiku
Setelah dia mamatukkan bisa melalui bumi dan matahari
Ombak di sini menjadi lagu kemarau
Dengan prasasti yang hanya bisa kumengerti
Tidak juga dia atau dirimu
Karena semuanya hanya bisa merekam detak jantungku
dengan satu parabola
Kiamat ini sebenarnya sudah tiba
Merejam kebeningan menjadi bom atom atau ranjau
Masihkah kau akan menyiram luka ini kembali dengan kebisuan ?
mengeja huruf alif yang masih tersisa di kesucian hatimu
Karena rumput, belalang dan ikan-ikan
Masih siap mengamini semua yang bernama keharuan
(Dia : pangkalmu
Dirimu : cabang
Aku daun kering yang tidak menemukan tempat berpijak)
Yogya, Friday, 29 March, 2002
Minggu, 23 Januari 2011
Bisa Kata
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar