Minggu, 23 Januari 2011

Surat Rindu Buat Ibu (1)

Bening air matamu ketika aku bercerita tentang kapalku yang sedang menerjang gunung es hingga semua singgasana yang kubangun runtuh berkeping-keping menjadi hanya sekedar sejarah atau mimpi---

Ibu,
Kisah ini hanyalah sekedar lautan
Bagi hati yang barbaju keikhlasan
Sesekali berombak
Tapi mengantarkan para nelayan menebar jala
Mereka lupa kepada angin yang telah
mengembangkan layar dengan perkasa

Ibu, engkau pergi sebelum mimpi kita selesai
meninggalkan kami terlunta-lunta dalam kerinduan yang panjang.
Doa kami menjadi semakin kering tanpa nafasmu

Ibu, Bantulah kami mengejar mimpi itu
Dalam badai yang tak pernah mengenal usai
Sekarang hati kami sudah baja
Untuk menatap sisa doa
Yang kau gantungkan di puncak bintang

Ibu, Bagiku dia masih biru
Indah; kemilau cahaya batinnya
Telah menjadi bahasa fajar dalam perjalanan ini

Ibu,
Aku ingin dia menggantikan kepergianmu
Dengan seluruh kelembutan hati dan jiwanya

yogya, Mei 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar